Menperin yakini nilai ekonomi basis sawit bisa capai Rp775 triliun
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis nilai besaran (magnitude) ekonomi berbasis kelapa sawit, bisa memberikan kontribusi hingga Rp775 triliun pada akhir tahun 2024.
Agus mengatakan angka tersebut didapat berdasarkan data nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nasional triwulan II tahun 2024 yang tercatat mencapai Rp5.536 triliun, dengan besaran kontribusi industri pengolahan sawit sebanyak 3,5 persen.
“Artinya, nilai ekonomi sektor sawit pada triwulan II-2024 mencapai Rp193 triliun. Pada akhir tahun 2024 nanti, magnitude ekonomi basis kelapa sawit diperkirakan mencapai Rp775 triliun,” kata dia dikutip dari Antara, Rabu (9/10/2024).
Menperin mengatakan, kontribusi besar industri kelapa sawit bagi pemajuan ekonomi nasional itu dikarenakan pemerintah telah gencar melakukan hilirisasi sektor ini sehingga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.
Ia menjelaskan, dalam tataran praktis, hilirisasi industri kelapa sawit diupayakan untuk menghasilkan produk turunan berupa pangan (oleofood), nonpangan (oleochemical), bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga material baru ramah lingkungan (biomaterial).
Sementara pengembangan produk hilir minyak sawit diarahkan ke produk yang memiliki produk unggulan, seperti deterjen cair, kosmetik, cat, serta farmasi yang mampu menghasilkan nilai tambah hingga 580 persen.
“Adapun untuk produk hilir berupa biomass kita arahkan pengembangannya ke produk derivatif seperti dimethyl eter (DME) yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG). Selain itu juga produk seperti kapasitor, biokatalis, serta ethanol G-2,” kata Ketua Dewan Pembina Partai Golkar ini.
Lebih lanjut, ia menyampaikan produk turunan yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit dalam negeri telah meningkat dari awalnya 48 jenis di tahun 2011 menjadi lebih dari 193 jenis di tahun 2023. Bahkan terakhir terdapat 200 jenis.
Selain itu, data tahun 2023 menyebutkan bahwa nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai 28,45 miliar dolar AS (sekitar Rp450 triliun) atau 11,6 persen dari total ekspor nonmigas.
Sektor ini turut menyerap 16,2 juta tenaga kerja langsung serta tidak langsung, termasuk melibatkan pelaku usaha perkebunan rakyat/ smallholders, sebagai centerpoint kebijakan nasional. {}
Share this content: