
Mengaji Konstitusi BSNPG, Idrus Marham Ungkap Kelahiran Sekber Golkar Respons Dominasi PKI
Ketika wacana kebangsaan kembali ramai diperdebatkan, Partai Golkar memilih menengok ulang akar kelahirannya. Momen itu tampak jelas dalam kegiatan Mengaji Konstitusi–PG yang diinisasi Kepala BSNPG Syahmud Basri Ngabalin beserta jajaran pengurus Badan Saksi Nasional Partai Golkar (BSNPG)
Forum diskusi internal ini berubah menjadi ruang peneguhan jati diri ketika Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Idrus Marham yang hadir sebagai pembicara memaparkan kembali alasan fundamental mengapa saat itu Golkar hadir dalam sejarah politik Indonesia.
Idrus menjelaskan bahwa Golkar lahir bukan sekadar sebagai partai politik, melainkan sebagai respon atas keadaan bangsa yang berada di ujung ketidakpastian. Diawali dari kelompok fungsional yang kemudian menjelma sebagai Sekber Golkar, Idrus mengungkapkan bahwa kelompok fungsional ini memiliki misi dan tujuan yang selaras dalam merespons dinamika kebangsaan kala itu.
“Kelompok fungsional ini lahir untuk merespons gerakan-gerakan yang ingin mengganti Pancasila, yakni PKI. Pada saat yang sama, kita berhadapan dengan kondisi ekonomi yang carut marut dengan inflasi mencapai 600 persen,” ujar Idrus.
Pada titik itu, kelompok fungsional menyerukan pembangunan kolektif sebagai jalan keluar dari krisis multidimensi yang melanda.
Ia melanjutkan, bahwa kelahiran kekuatan politik berbasis fungsional ini adalah dorongan untuk menciptakan tatanan baru di tengah berbagai penyimpangan dan kegagalan tata kelola negara pada waktu itu.
“Lahirnya kelompok fungsional ini ingin bagaimana supaya dilaksanakan tatanan yang baru. Ketika banyak terjadi penyelewengan kekuasaan pada masa Orde Lama, kelompok fungsional menawarkan arah baru yang kemudian diwujudkan dalam Orde Baru sebagai jawaban atas kebutuhan akan tatanan yang lebih tertib,” jelasnya.
Selain ancaman ideologi dan krisis ekonomi, Idrus menegaskan bahwa dinamika elite yang saling berebut kekuasaan menjadi pemicu lain munculnya gerakan ini.
“Kelompok fungsional muncul menyerukan elit agar berhenti berebut kekuasaan. Mereka mengajak segenap elemen bangsa untuk berkarya, bukan saling menjatuhkan,” ujarnya menekankan kembali esensi Golkar sebagai kekuatan produktif, bukan reaktif.
Idrus juga mengingatkan bahwa embrio Golkar sejak awal merupakan hasil dialektika terhadap tuntutan pembaharuan dalam kehidupan kebangsaan yang terus bergerak.
“Kelompok fungsional ini muncul guna mengantisipasi dinamika perkembangan kehidupan kebangsaan yang membutuhkan nilai-nilai pembaharuan. Karena itu sejak awal Golkar membuka ruang seluas-luasnya bagi pembaharuan dengan mengedepankan kekuatan pembangunan,” paparnya.
Melalui forum Mengaji Konstitusi–PG ini, Idrus menekankan bahwa Golkar tidak boleh tercerabut dari fondasi perjuangannya. Menurutnya, nilai-nilai pembaharuan, stabilitas, dan karya adalah jangkar moral yang harus diwariskan kepada seluruh pengurus dan kader, termasuk BSNPG sebagai tulang punggung pengamanan suara rakyat.
“Kesemuanya ini mengarah pada satu pesan: mari kita beramai-ramai mengisi kemerdekaan dengan karya nyata. Itulah latar belakang lahirnya Golkar sebenarnya, sebuah kekuatan untuk membangun bangsa,” kata Idrus menutup pemaparan.
Kegiatan Mengaji Konstitusi–PG menjadi penegasan kembali bahwa Golkar tak hanya berdiri sebagai saksi sejarah, tetapi aktor utama yang sejak awal hadir untuk menjaga Pancasila, memperbaiki struktur negara, meredam perebutan kekuasaan, serta mempelopori pembangunan nasional.
Di tengah tantangan baru dan kontestasi politik yang semakin dinamis, penguatan kembali identitas historis ini menjadi modal strategis bagi Partai Golkar masa kini untuk tetap relevan dan memimpin agenda perbaikan bangsa. {golkarpedia}

