Loading Now

Bukan Jokowi Effect, Pengamat Ini Ungkap Kenaikan Suara Partai Golkar Berkat Kampanye Digital

Bukan Jokowi Effect, Pengamat Ini Ungkap Kenaikan Suara Partai Golkar Berkat Kampanye Digital

Analis politik dari Center for Publik Policy Studies Indonesia (CPPSI) Agus Wahid menepis anggapan bahwa naiknya suara Golkar sebagai implikasi kedekatan tokoh-tokoh Golkar dengan Jokowi sebagai Presiden.

Agus mengatakan, bahwa kedekatan Jokowi terhadap sejumlah petinggi Golkar tidak berefek secara signifikan pada kenaikan suara partai berlambang beringin itu.

“Justru pengaruh Jokowi di Pileg 2024 ini kecenderungannya pada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang diketuai oleh Kaesang Pengarep, meski partai tersebut tak lolos ke parlemen namun prosentasenya mengalami kenaikan,” Agus dalam keterangannya, Senin (1/4/2024).

“Pengaruh Jokowi selanjutnya adalah bagaimana memenangkan pasangan Prabowo-Gibran pada Pilpres, dan hasilnya bisa dilihat perolehan suara paslon 02 itu cukup signifikan,” lanjutnya.

Dirinya menganggap kenaikan perolehan suara Partai Golkar pada Pemilu 2024 ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Di antaranya, penempatan caleg-caleg potensial di seluruh tingkatan dengan mekanisme sangat ketat dipersiapkan 2 tahun sebelumnya dengan dimulai penjaringan sebanyak 200%, 150% dan 100% dari kursi yang tersedia. Hal ini dimungkinkan tingkat kesiapan caleg untuk bertempur sangat panjang.

Selanjutnya, faktor manajemen konflik di internal Golkar dapat diminimalisir oleh sebuah pengelolaan yang baik.Dalam hal ini Ketua Umum Partai Golkar Airlangga sangat piawai untuk memanage hal tersebut. Meski dia di dorong maju sebagai capres akan tetapi dari setiap moment politiknya lebih fokus pemenangan Legislatif.

“Tak kalah penting adalah faktor kampanye digital, partai Golkar hari ini sudah keluar dari sebutan partai tradisional yang mengandalkan suara ideologis dengan sebaran usia pemilih antara usia 40-65 tahun. Hari ini Golkar sangat menyadari hal tersebut adalah suatu kelemahan dan menjelma menjadi sebuah partai yang fokus menyisir pemilih muda yang gandrung terhadap penggunaan medsos baik itu generasi milenial, gen Z bahkan pemilih pemula,” tuturnya.

Adapun metode yang dipergunakan untuk menggiring pemilih muda, lanjut Agus, Golkar dinilai sangat piawai memerankan kampanye digitalnya secara massif. Hal itu dapat dilihat hampir semua platform media sosial yang digenjot dengan konten konten yang atraktif, visioner dan komunikatif sehingga hampir selama 1 tahun jagat medsos di kuasai Golkar terutama Tiktok, IG, YouTube dan Snack Video.

Selain itu, faktor caleg milenial, Partai Golkar memberikan peluang bagi para caleg muda di setiap tingkatan. Rupanya, Partai Golkar sudah sadar betul bahwa gemuknya pemilih ada pada usia muda.

“Partai Golkar memilih strategi untuk lebih mendekatkan diri para caleg pemilih muda yaitu dengan memasang caleg milenial di tiap tingkatan. Hasilnya separo caleg terpilih diisi oleh caleg muda,” jelas Agus.

Namun tidak kalah penting, kata Agus, naiknya suara Golkar pada Pemilu 2024 itu adanya faktor suara pemilih dari Partai Berkarya.

Kenapa faktor partai Berkarya sebagai faktor yang mempengaruhi naiknya suara Golkar? Seperti diketahui bahwa suka atau tidak suka merosotnya kursi Golkar dari 91 (14,65%) hasil pemilu 2014 menjadi 85 kursi (12,31%) adalah faktor yang secara signifikan mempengaruhi suara partai Golkar yang mengalami penurunan 2% suara nasional pada pemilu 2019.

“Hari ini Golkar kembali mengalami kenaikan 3% lebih adalah disumbang dari ketidakhadiran Partai Berkarya sebagai peserta Pemilu 2024. Ketidak hadiran partai besutan Tomy Soeharto itu memantik eksodusnya Soehartois untuk comeback home ke rumah besar mereka yaitu Partai Golkar yang dibesarkan oleh Soeharto kala itu. Jadi Partai Berkarya menyumbang suara 2% dengan absennya pada Pemilu 2024 untuk Golkar,” ulas Agus.

Diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menuntaskan Rekapitulasi Nasional penghitungan Pemilu 2024 pada 20/3, dimana menempatkan partai yang mengalami penurunan dan kenaikan secara signifikan.

Di antara partai yang mengalami penurunan adalah PDIP, Partai Demokrat, bahkan PPP tak lolos ke Senayan. Adapun partai yang secara mengejutkan mengalami kenaikan suara yang cukup signifikan adalah Partai Golkar.

Dengan kenaikan yang sangat signifikan Golkar menempati kedudukan sebagai pemenang di 15 Provinsi dengan 15,4% atau raihan suara 23.208.654 serta raihan 102 kursi dari 85 kursi parlemen pada tahun 2019. (sumber)

Share this content: