Indonesia Siap Jadi Pusat Produksi Baterai Kendaraan Listrik Dunia
Golakrtoday | Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan akan banyak negara di dunia datang ke Indonesia untuk meminta baterai kendaraan listrik. Ini karena Indonesia memiliki banyak bahan baku baterai. Ini ditegaskan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam rapat kerja bersama Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dia menyatakan Indonesia bisa menjadi pusat baterai kendaraan listrik di masa depan.
Menperin menjelaskan pengembangan industri baterai dibagi menjadi industri perakitan baterai produk sel baterai, pembuatan baterai manajemen sistem atau DMS, penambangan bahan baku baterai atau battery material, sampai dengan daur ulang baterai.
“Harapan dan target kami, Indonesia akan memiliki industri baterai yang terintegrasi. Kami juga telah bekerja sama dengan para stakeholder untuk pengembangan ekosistem swab battery atau penukaran baterai, serta penerapan standarisasi untuk paket baterai kategori KBLBB kategori light vehicle,” kata Menperin Agus seperti dikutip dari kanal YouTube Komisi VII DPR RI.
Berita Lainnya :
Berhasil Mengendalikan Krisis Airlangga Hartarto Layak Dapat Gelar Bapak Ekonomi Kerakyatan
Strategi Menperin Agus Gumiwang Guna Mendukung Pengembangan Industri Minyak Atsiri
Pemerintah United Kingdom (UK) Menyambut Peluang Pendirian Kampus Asing di Kawasan Ekonomi Khusus
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta untuk menghentikan ekspor bahan baku baterai agar tak kekurangan pasokan ketika mulai memproduksi baterai. Diyakini, hal tersebut akan meningkatkan pendapatan dan menciptakan banyak lapangan kerja. Senada dengan Menperin Agus Gumiwang yang mengatakan Indonesia hanya membutuhkan Lithium untuk memproduksi baterai. Namun, jumlahnya sangat kecil, yang mana masih bisa ditolerir jika harus impor untuk mendapatkannya.
“Kita punya nikel yang luar biasa banyak, sayang kalau kita tidak pergunakan. Jadi baterai itu kan ada tiga, ada yang nikel base, non-nikel base, sama cell itu yang hidrohen. Kalau nikel base benar itu harus ada lithium, tapi kebutuhan lithium secara proporsional untuk memproduksi baterai itu sekitar 3-7% yang lain-lain itu ya semuanya kita punya,” ujarnya.
Menperin Agus mengatakan bahwa pemerintah juga tak terlalu memaksakan untuk harus semuanya lokal dalam memproduksi baterai. Untuk itu, Indonesia akan berusaha mencari negara sahabat yang memiliki aset lithium melimpah. Jadi mau nggak mau memang kita harus impor. Kita juga enggak terlalu masalah, nggak nolak impor karena memang kalau untuk bahan baku dan juga toh juga secara proporsi kecil dibandingkan nikel, mangan, dan kobalt. Jadi itu memang kita harus lakukan,” ucapnya. (sumber)
Share this content: