
Dari Mata Pilu ke Aksi Nyata: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Perintahkan 3 Dapur Umum, Hapus Barcode BBM, & Targetkan Listrik Nyala 6 Desember
Tatapan pilu terpancar pada wajah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Ia tak kuasa melihat dahsyatnya hantaman aliran air mematahkan menara transmisi listrik (tower). Di bawah langit yang masih menyisakan kabut gelap, hamparan tanah Bireuen, Kabupaten Aceh kini tak lagi nampak teduh.
Aliran sungai yang dulu tenang perlahan mendadak beringas dan menelan apa saja yang berdiri menghalanginya. Lumpur pun menjadi selimut tebal dalam membekukan kehidupan warga setempat.
Seketika infrastruktur listrik tak ubahnya ranting kering yang dipatahkan angin. Lima tower listrik yang selama ini berdiri menopang pencahayaan kini terbaring tak berdaya. Sebuah kelumpuhan fatal yang merenggut cahaya dari ribuan rumah. Bireuen jadi wilayah yang terisolasi dalam kegelapan.
“Yang paling fatal itu kan persoalan listrik dan BBM. Listrik di Bireuen ini hampir 100 persen lumpuh, karena disebabkan ada lima tower induk yang rubuh. Rubuhnya ini bukan karena tidak kuat, tapi karena terjadi pelebaran sungai yang tadinya cuma 90 meter atau 100 meter menjadi ada yang satu kilo meter pelebarannya. Itu rubuh semua,” ujar Bahlil dengan nada suara yang berat saat meninjau ke lokasi, Selasa (2/12).
Ketua Umum DPP Partai Golkar itu tidak datang sekadar untuk melihat dari balik meja. Ia turun, menjejakkan kakinya ke dalam medan yang berat dan berjalan kaki menuju titik tower 157 hingga 159. Ia melihat langsung bagaimana aliran listrik yang selama ini menjadi urat nadi Aceh utara yang menghubungkan PLTG Arun berkapasitas lebih dari 200 megawatt dengan Banda Aceh, terputus seperti kabel harapan yang digunting tiba-tiba.
Perjalanan fisik yang melelahkan itu mempertegas komitmen kuatnya memikul tanggung jawab. Menyalakan kembali lampu di Bireuen adalah keharusan. Material baja seberat 35 ton harus diangkut menggunakan helikopter karena terputusnya jalan darat.
Usai berjibaku dengan lumpur dan besi, Bahlil bergerak turun menuju titik yang berbeda, pusat denyut kemanusiaan di posko pengungsian. Di sinilah atmosfer berubah drastis. Jika di bukit yang terasa adalah ketegangan teknis, di posko ini udara dipenuhi aroma kecemasan sekaligus harapan yang hangat dari para pengungsi.
Di tengah kelelahan fisik itu, sisi kemanusiaannya terusik. Melihat wajah-wajah pengungsi, anak-anak yang kedinginan, dan para ibu yang cemas, memori masa kecilnya menyeruak keluar.
“Jadi saya juga anak kampung. Dulu saya waktu SD juga pernah kena bencana gunung api meletus pada tahun 1988. Jadi saya merasakan betul perasaan yang dirasakan oleh Bapak Ibu semua,” tuturnya dengan suara yang emosional.
Empati itu mewujud dalam tindakan nyata. Melihat dapur umum yang kewalahan, instruksi tegas pun keluar. “Kita akan membuat dapur umum tambahan, 3 dapur umum di Bireuen. Karena baru 1 dapur umum,” perintahnya.
Namun, tugasnya hari itu bukan hanya menenangkan, tetapi membawa jalan untuk pulih. Tim dari PT PLN, Pertamina, dan Kementerian ESDM bergerak serempak di bawah komandonya. Jika proses pembangunan berjalan sesuai rencana, pemerintah menargetkan aliran listrik dapat pulih paling lambat Sabtu (6/12) pekan ini, dengan catatan mobilisasi logistik melalui udara dapat berlangsung lancar.
Di sektor minyak dan gas, distribusi LPG direncanakan mulai masuk ke Bireuen pada 3 Desember 2025 secara bertahap. Prioritas penyaluran difokuskan terlebih dahulu kepada dapur-dapur umum yang melayani masyarakat terdampak bencana. Untuk BBM, pemerintah tengah mencari cara agar distribusi dari jalur darat bisa segera ditembus mengingat kondisi laut juga tidak bersahabat. Skema alternatif pun disiapkan.
“Ada yang kita pakai jeriken 20 liter, ada yang pakai drum 200 liter. Tapi kita tidak boleh menyerah, kita harus estafet. Perintah Bapak Presiden adalah tidak boleh kita menyerah, semua kekuatan nasional kita harus turunkan,” jelas Bahlil.
Tak hanya itu, ia juga memangkas birokrasi yang dianggapnya membebani warga di tengah musibah. Aturan barcode untuk pembelian BBM di SPBU ditiadakan sementara demi kemanusiaan. “Jadi barcode-barcode untuk sementara kita tiadakan. Sekarang kondisi saya pikir perlu ada relaksasi supaya jangan rakyat ini sudah susah, jangan kita buat tambah susah lagi,” tegasnya.
Di halaman posko pengungsian, Bupati Bireuen Mukhlis berdiri bersama warga, mengucapkan rasa syukur atas kedatangan rombongan dari pusat. Ia menyebut bahwa kehadiran Bahlil bukan hanya membawa arahan teknis, tetapi juga kelegaan emosional bagi masyarakat yang merasa luput dari perhatian. “Bireuen ini salah satu yang paling parah, dan beliau hadir pertama.” ujarnya.
Kerlip cahaya Bireuen segera diupayakan menemukan jalannya kembali. Bersama kerja keras ratusan orang, dari teknisi hingga ibu-ibu dapur umum, cahaya itu perlahan berjalan, melewati lumpur, menembus cuaca, melampaui segala yang tengah runtuh. Bahlil berjalan bersama membopong estafet kebaikan dan menemukan jalan menuju terang.

