
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Laporkan Program Satu Desa Satu Megawatt PLTS ke Presiden Prabowo
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melaporkan percepatan program energi baru terbarukan (EBT), yakni pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tiap desa hingga transisi energi kepada Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (26/11).
Pembangunan PLTS dengan skema satu desa, satu megawatt ini merupakan program yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo untuk mendukung kebutuhan listrik Koperasi Desa (KopDes) Merah Putih.
“Tadi kami membahas secara detil karena ini menjadi satu gagasan besar dari Bapak Presiden yang kami harus eksekusi terkait dengan satu desa satu megawatt,” kata Bahlil dalam rekaman suara yang diterima di Jakarta, Kamis.
Bahlil menjelaskan bahwa pembahasan teknis telah mencapai tahap akhir, terutama terkait skema pelaksanaan dan pembiayaan proyek.
Pemerintah menargetkan agar program tersebut dapat segera berjalan sebagai bagian dari transformasi energi nasional.
“Alhamdulillah tadi sudah hampir selesai, tapi kita lihat skemanya sekarang yang kita lagi bahas dengan pembiayaannya” kata Bahlil.
Program besar ini ditujukan untuk membawa listrik bersih dan terjangkau hingga ke desa-desa dan wilayah terpencil, memperkuat ketahanan energi nasional, sekaligus mempercepat transisi menuju masa depan Indonesia yang mandiri dan berkelanjutan.
Adapun Kementerian ESDM sebelumnya telah membahas konsep penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dalam operasional Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih.
Kebutuhan Kopdes Merah Putih akan listrik yang berasal dari PLTS dapat datang dari kebutuhan para tenant koperasi, untuk operasional alat-alat koperasi (seperti pendingin), atau lain-lainnya.
Menteri Bahlil menyatakan pihaknya sedang membangun desain besar PLTS 100 gigawatt (GW) yang mendorong ketersediaan listrik bagi Kopdes Merah Putih.
Bahlil mengatakan PLTS tersebut akan dibangun untuk semua desa, sehingga turut menjadi peluang baru bagi pengusaha baterai listrik di tanah air untuk memanfaatkan pasar yang masif.
“Karena PLTS itu cuma 4 jam pada saat siang hari. Selebihnya harus disimpan lewat baterai. Pada saat malam, baterai yang main. Ini saya lihat bahwa peluang pasar di Indonesia itu cukup besar,” katanya.

